BAB I
PENDAHULUAN
Perkembangan zaman (globalisasi)
menimbulkan perubahan dan kemajuan dalam masyarakat. Aspek perubahan meliputi:
sosial, politik, ekonomi, industri, informasi dsb. Akibatnya ialah berbagai
permasalahan yang dihadapi oleh individu. Walaupun pada umumnya masing-masing
individu berhasil mengatasi dengan sempurna, sebagian lain masih perlu
mendapatkan bantuan.
Dalam proses pendidikan di
sekolah, siswa sebagai subjek didik, merupakan pribadi- pribadi yang unik
dengan segala karakteristiknya. Siswa sebagai individu yang dinamis dan berada
dalam proses perkembangan, memiliki kebutuhan dan dinamika dalam interaksinya
dengan lingkungannya. Sebagai pribadi yang unik, terdapat perbedaan individual
antara siswa yang satu dengan lainnya. Di samping itu, siswa sebagai pelajar,
senantiasa terjadi perubahan tingkah laku sebagai hasil proses belajar.
Pendidikan sebagai salah satu
bentuk lingkungan bertanggung jawab dalam memberikan asuhan terhadap proses
perkembangan individu. Bimbingan dan konseling akan merupakan bantuan individu
di dalam memperoleh penyesuaian diri sesuai dengan tingkat perkembangannya.
Pelayanan bimbingan dan konseling merupakan komponen pendidikan yg dapat
membantu para siswa dalam proses perkembangannya. Pemahaman terhadap masalah
perkembangan dengan prinsip-prinsipnya akan merupakan kebutuhan yang mendasar
bagi pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling.
Bimbingan dan konseling merupakan
salah satu komponen dalam keseluruhan sistem pendidikan khususnya di sekolah;
guru sebagai salah satu pendukung unsur pelaksana pendidikan yang mempunyai
tanggung jawab sebagai pendukung pelaksana layanan bimbingan pendidikan di
sekolah, dituntut untuk memiliki wawasan yang memadai terhadap konsep-konsep
dasar bimbingan dan konseling di sekolah.
Tuhan Yang Maha Pemurah memberikan
segenap kemampuan potensial kepada manusia, yaitu kemampuan yang mengarah pada
hubungan manusia dengan Tuhannya dan yang mengarah para hubungan manusia dengan
sesama manusia dan dunianya. Penerapan segenap kemampuan potensial itu secara
langsung berkaitan dengan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Wujud ketaqwaan
manusia pada Tuhan hendaklah seimbang dan lengkap, mencakup hubungan manusia
dengan Tuhan maupun hubungan manusia dengan manusia dan dunianya.
Dengan menyadari eksistensinya
sebagai makhluk Allah yang demikian itu, berarti yang bersangkutan dalam
hidupnya akan berperilaku yang tidak keluar dari ketentuan dan petunjuk Allah,
dengan hidup serupa itu maka akan tercapailah kehidupan yang bahagia di dunia
dan akhirat.
Bebicara tentang agama terhadap
kehidupan manusia memang cukup menarik, khususnya Agama Islam. Hal ini tidak
terlepas dari tugas para Nabi yang membimbing dan mengarahkan manusia kearah
kebaikan yang hakiki dan juga para Nabi sebagai figur konselor yang sangat
mumpuni dalam memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan jiwa manusia, agar
manusia keluar dari tipu daya syaitan.
BAB II
PEMBAHASAN
KONSEP-KONSEP UTAMA KONSELING ISLAMI DAN
BEBERAPA IMPLIKASI BAGI KEGIATAN SUPERVISI PENDIDIKAN
A. Konsep-konsep utama konseling Islami
1. Konsep
bimbingan dan konseling sebagai amal shaleh dan
ibadah kepada Tuhan.
Islam memandang menolong
orang yang sedang bermasalah adalah perbuatan ibadah, maka
kebahagiaan seseorang mukmin antara lain
jika berhasil membantu orang lain melepaskan diri dari cengkeraman
masalahnya, dan kepuasan perasaan itu
tercapai, itu antara lain karena
meyakini bahwa perbuatan itu diridhai Tuhan. [1]
Adapun
subyek konseling adalah manusia itu sendiri, karena manusia pada dasarnya tidak
pernah luput dari masalah (problem).
Di bawah ini adalah penjabaran dari subyek Bimbingan Konseling Islam :
a. Individu, baik dalam rangka preventif maupun
kuratif, berkaitan dengan,
1. Kesulitan
(kemungkinan menjumpai kesulitan) dalam pergaulan dengan lawan jenis.
2. Kesulitan
(kemungkinan menjumpai kesulitan) dalam pergaulan dengan anggota kelompoknya,
3. Kesulitan
(kemungkinan menjumpai kesulitan) dalam pergaulan dengan masyarakat,
4. Kesulitan (kemungkinan menjumpai kesulitan) yang
berkaitan dengan konflik nilai, baik dengan nilai kelompok maupun dengan nilai
masyarakat luas.
b. Kelompok,
baik dalam rangka preventif maupun kuratif, yang mencakup :
1. Kesulitan
(kemungkinan menjumpai kesulitan) dalam hubungan ketetanggaan (antar rumah
tangga),
2. Konsep
bimbingan dan konseling harus mengacu
kepada ajaran Islam yang bersumber
kepada Al-Qur’an dan Sunnah nabi.
Al-Qur’an
merupakan sumber yang pertama dan
keterutama dalam memenuhi segala aspek kehidupan umat manusia, sedangkan Sunnah nabi
merupakan sumber yang keduanya. Semua umat Islam berkeyainan bahwa segala permasalahan yang
dihadapinya akan terselesaikan jika proses bimbingan dan konseling berdasarkan
Al-Qur’an dan Sunnah nabi.
Jadi
landasan utama bimbingan dan konseling Islami adalah al-Qur’an dan Sunnah.
Firman Allah SWT dalam surat At-Tin ayat 4, sebagai berikut:
لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنسَانَ فِي
أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ -٤-
Artinya : “Sesungguhnya kami
telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”.(QS At-Tin ayat 4)[3]
Menurut Tafsir al-Maraghi
sesungguhnya manusia diciptakan dalam bentuk yang paling baik. Kami ciptakan ia
dengan tinggi yang memadai, dan memakan makanannya dengan tangan, tidak seperti
makhluk lain yang mengambil dan memakan makanannya dengan mulutnya. Lebih dari
itu kami istimewakan manusia dengan akalnya, agar bisa berfikir dan menimba
berbagai ilmu pengetahuan serta bisa mewujudkan segala inspirasinya.
Al-Qur’an
dapat menjadi sumber bimbingan dan konseling Islami, nasehat, dan obat bagi
manusia. Firman Allah surat Al-Isra’ ayat 82.
وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا
هُوَ شِفَاء وَرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِينَ وَلاَ يَزِيدُ الظَّالِمِينَ إَلاَّ
خَسَاراً -٨٢-
Artinya : “Dan kami turunkan
dari al-Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang
beriman dan al-Qur’an tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain
kerugian”.(QS al-Isra’ ayat 82)[4]
3. Konsep
bimbingan dan konseling yang diberikan meliputi kehidupan di dunia dan
keyakinan ada kehidupan di akhirat
Islam
mempertimbangkan keyakinan hidup di akhirat sehingga terapi yang diberikan juga
tidak melawati factor itu. Seseorang yang terkena ganguan kejiwaan karena ambisi, serakah dan egois misalnya, sangat
mungkin untuk diarahkan agar memiliki keseimbangan perhatian terhadap kehidupan duniawi dan ukhrawi. Dalam
pandangan Islam seperti tersebut dalam firman Allah Surat Al-A’la ayat 17:
وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَى -١٧-
Artinya: Padahal akhirat itu
lebih baik dan lebih kekal.[5]
Dari keterangan ayat di atas dapat dipahami
bahwa kehidupan akhirat lebih utama dan kekal.
Seorang Klin yang menderita ganguan mental
itu akan hilang jika ia dapat
mengubah cara pandangan hidupnya yang bersifat material yaitu kehidupan dunia
sangat kecil dibandingkan dengan kehidupan akhirat yang lebih baik dan abadi.
4. Konsep
bimbingan dan konseling memperkenal pahala dan dosa.
Seorang konselor muslim pasti akan
mempertimbangkan kedua hal tersebut, sebagai contoh ada seseorang yang
bingung karena menghadapi keadaan “maju
kena mundur kena”, maksudnya jika ia pertahankan nilai moral di lingkungan
kerjanya yang bobrok akan menyebabkan
dirinya terhambat karilnya, tetapi jika ia mengikuti sisten yang berlaku seperti
yang di dilakukan oleh orang lain, ia terlibat dosa. Dalam menghadapi kasus
seperti ini maka seorang konselor muslim akan menawarkan solusi seperti diajarkan dalam Al-Qur’an dalam surat
At-Thalak ayat: 2 sebagai berikut:
وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل
لَّهُ مَخْرَجاً -٢-
Artinya: Barangsiapa bertakwa
kepada Allah niscaya Dia akan
Membukakan jalan keluar baginya.[6]
Dari ayat di atas
dapat dipahami bahwa siapa saja yang beriman kepada Allah s.w.t. maka ia
akan menemui jalan penyelesaian masalah yang ada pada dirinya.
Dalam
konsep Islam, faktor sabar dan tawakkal hampir selalu dipergunakan dalam layanan bimbingan dan konseling. Faktor
yang menyebabkan seseorang yang terkena gangguan kejiwaan antara lain
adalah karena tidak sabar dan tidak tawakkal kepada Tuhan.[7]
B. Beberapa
Implikasi bagi kegiatan Supervisi Pendidikan.
1. Menasehati.
Seorang supervisor dalam membimbing dan memberi nasehat kepada para pendidik (Konseling) dengan penuh kesabaran karena yang dihadapi
berbagai corak pemikiran para pendidik
itu sendiri. Firman Allah QS. al-Ashr :
وَالْعَصْرِ. إِنَّ الإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ.
إِلاَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ
وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ. (العصر: 1-3)
Artinya: “Demi masa, sesungguhnya manusia
benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan
amal shaleh dan nasehat-menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat-menasehati
supaya mentaati kesabaran.
2. Mendidik
Supervisor dalam mendidik dan
membimbing harus dengan cara yang
bijaksana dan pengajaran yang baik sesuai dengan ruh Islamiah, hal ini sesuai
firman Allah dalam surat An-Nahlu ayat
125 sebagai berikut:
1. ادْعُ إِلِى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ
الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُم بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ
بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ -١٢٥-
Artinya: “Serulah (manusia)
kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka
dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui
tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui
orang-orang yang mendapat petunjuk”. (An Nahl:125).[8]
3.
Membantu
Dalam kepengawasan seorang
supervisor harus memiliki sifat tolong menolong dalam membantu untuk
meningkatkan kualitas para pendidik dengan berbagai cara dan kemampuan yang dimilikinya. Hal ini
sesuai dengan ketentuan Allah dalam
surat Al-Maidah ayat 2
وَتَعَاوَنُواْ عَلَى الْبرِّ
وَالتَّقْوَى وَلاَ تَعَاوَنُواْ عَلَى الإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ
Artinya : tolong menolonglah kamu dalam
(mengerjakan ) kebaikan dan takwa dan jangan
tolong menolong dalam mengerjakan dosa dan permusuhan.[9]
Masih banyak para guru atau pendidik dalam dunia pendidikan yang
memerlukan bantuan seorang konselor untuk menyelesaikan permasalah yang berbeda
menurut pribadi masing-masing klin.
Setiap klin pasti berbeda permasalahan yang dialaminya, oleh karena itu
kesiapan konselor dalam kegiatan supervisi pendidikan sangat dituntut dengan
persiapan keilmuan yang mantap.
4. Bermusyawarah
Dalam
kaitan selanjutnya bahwa kegiatan
supervisi perlu diadakan musyawarah antara supervisor, guru, kepala
sekolah dan yang lainnya yang berhubungan dengan supervisi. Hal ini sesuai
dengan firman Allah dalam surat Ali
Imran ayat 159.
وَشَاوِرْهُمْ فِي الأَمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ
فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّهِ إِنَّ اللّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ -١٥٩….-
Artinya: dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam
urusan itu.Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah
kepada Allah. Sungguh, Allah Mencintai orang yang bertawakal.
Jadi
musyawarah dalam kaitan dengan supervisi
pendidikan merupakan suatu hal yang sangat diperlukan dan dipertahankan dalam
hubungan yang harmonis antara
supervisor, guru, kepala sekolah dan pihak yang terkait lainnya.
BAB III
KESIMPULAN
Dari penjelasan di atas dapat
disimpulkan bahwa konsep-konsep utama dalam konseling Islam adalah:
1.
Konsep bimbingan dan konseling sebagai amal
shaleh dan ibadah kepada Tuhan.
2.
Konsep bimbingan dan konseling harus mengacu kepada ajaran Islam yang bersumber kepada Al-Qur’an
dan Sunnah nabi.
3.
Konsep bimbingan dan konseling yang diberikan
meliputi kehidupan di dunia dan keyakinan ada kehidupan di akhirat
4.
Konsep bimbingan dan konseling memperkenal
pahala dan dosa.
Sedangkan implikasinya dalam
kegiatan supervisi pendidikan sebagai berikut:
1. Menasehati.
2. Mendidik
3. Membantu
4. Bermusyawarah
Inilah yang dapat penulis
simpulkan mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi kita semua, Wallahu A’lam.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad
Mubarok, Konseling Agama Teori dan kasus, Jakarta, PT. Bina Rena
Pariwara, 2000.
Ibnusuny Al-Marhumy, 8 Oktober 2009, Bimbingan dan Konseling Kerja Islam,
(online: http://ibnusuny-al-marhumy.blogspot.com/2009/10/bimbingan-dan-konseling-kerja-islami.html)
Kementerian Agama, Al-Qur’an
Tajwid dan terjemahannya, Bandung, PT. Sygma Examedia Arkanleema, 2010.
Ada beberapa ayat yang lebih khusus
menerangkan tugas seseorang dalam pembinaan agama bagi keluarganya, salah
satunya adalah :
“Dan berilah peringatan kepada
kerabat-kerabatmu yang terdekat” (As- Syu’ara:214)
Sedangkan pada beberapa Hadits yang berkaitan
dengan arah perkembangan anak diantaranya :
o
“Tiap-tiap anak itu dilahirkan dalam keadaan suci. Maka kedua orang
tuanya yang menjadikannya beragama Yahudi, Nasrani atau Majusi” (HR Baihaqi)
o
“Seseorang supaya mendidik budi pekerti yang baik atas anaknya. Hal itu
lebih baik daripada bersedekah satu sha” (HR At Turmudzi)
o
“Muliakanlah anak-anakmu dan perbaikilah budi pekertinya” (HR Ibnu
Majah) [3]
[1]
Achmad Mubarok, Konseling Agama Teori dan
kasus, Jakarta, PT. Bina Rena Pariwara, 2000, hal. 16
[2] Ibnusuny Al-Marhumy, 8 Oktober 2009, Bimbingan dan Konseling Kerja Islam,
(online: http://ibnusuny-al-marhumy.blogspot.com/2009/10/bimbingan-dan-konseling-kerja-islami.html)
[3] Kementerian Agama, Al-Qur’an Tajwid dan
terjemahannya, Bandung, PT. Sygma Examedia Arkanleema, 2010, hal. 597
[4] Kementerian Agama, Al-Qur’an Tajwid….., hal.
290
[5] Kementerian Agama, Al-Qur’an Tajwid….., hal.
592
[6] Kementerian Agama, Al-Qur’an Tajwid ………hal. 558
[8]
Kementerian
Agama, Al-Qur’an Tajwid ………hal. 281
[9]
Kementerian Agama, Al-Qur’an Tajwid…..,
hal. 106
[10] Kementerian
Agama, Al-Qur’an Tajwid ………hal. 71
Tidak ada komentar:
Posting Komentar