Minggu, 19 Mei 2013

Kriteria Evaluasi Kurikulum

http://blog2.tp.ac.id/anisyafitri/2012/12/30/tentang-kriteria-evaluasi-kurikulum/

Tentang Kriteria Evaluasi Kurikulum

Landasan pengelompokan kriteria evaluasi kurikulum adalah :
  • Hubungan antara kurikulum dengan evaluasi. Hal ini dapat diartikan sebagai posisi sumber kriteria terhadap kurikulum. Dengan kata lain apakah kriteria itu berasal dari kurikulum ataukah berada diluar kurikkulum ataukah berada diantaranya.
  • Waktu pada saat kriteria untuk evaluasi tersebut dikembangkan. Hal ini berkaitan dengan situasi dan kondisi terhadap kegiatan pelaksanaan evaluasi kurikulum. Oleh karena itu penetapan waktu dengan penetapan kriteria haruslah disesuaikan.
    Berdasarkan landasan tersebut diatas, maka Fullan dan Pomfret mengklasifikasikan empat pengembangan kelompok kriteria evaluasi kurikulum, yakni :
1. Pendekatan kriteria Pre-ordinate
Karakteristik pendekatan Pre-ordinate ada dua, yakni :
  • Kriteria ditetapkan pada waktu kegiatan evaluasi kurikulum belum dilaksanakan yang masih dalam bentuk rancangan.
  • Kriteria tidak dikembangkan dari karakteristik kurikulum yang dievaluasi melainkan dikembangkan dari sesuatu yang sudah dianggap baku (standar).
    Pada umumnya kriteria pre-ordinate juga sudah dikembangkan dalam bentuk instrumen evaluasi. Kebanyakan instrumen evaluasi tersebut berhubungan dengan dimensi kurikulum sebagai hasil belajar, yakni kegiatan pemusatan perhatian terhadap pencapaian hasil belajar. Alat evaluasi yang digunakan juga bersifat baku, seperti validitas dan reabilitas yang dilakukan menurut prosedur tradisi psikometrik (evaluator tetap menguji kedua atribut penting psikometrik tersebut berdasarkan data yang telah dikumpulkan.
Keleluasaan dalam pengembangan kriteria menyebabkan pendekatan pre-ordinate memberikan kesempatan untuk mengevaluasi kurikulum diberbagai perspektif. Demikian juga dengan adanya kriteria yang jelas dalam mengevaluasi kurikulum merupakan kekuatan mpendekatan pre-ordinate. Dengan menggunakan kriteria yang berlaku umum, setiap kurikulum diharapkan memenuhi standar yang sama. Pertimbangan yang akan diberikan evaluasi terhadap kurikulum yang dievaluasi pun tidak terpengaruh oleh karakteristik kurikulum ataupun keadaan setempat. Perbandingan mengenai kekuatan dan kelemahan berbagai kurikulum yang dievaluasi dapat dilakukan apabila evaluasi kurikulum menggunakan pendekatan pre-ordinate.
Keuntungan dan kekurangan :
Keuntungan yang dimiliki pendekatan pre-ordinate adalah sekaligus merupakan kekurangannya juga, karakteristik kurikulum tidak sepenuhnya dievaluasi, hanya unsur –unsur yang bersifat umum saja.
Maka kekurangannya terletak pada : siswa tidak mendapat penghargaan sebagai mana mestinya, evaluan tidak diperlakukan secara adil, usaha para pengembang kurikulum untuk memberikan ciri- ciri tertentu dalam kurikulum yang dikembangkannya tidak mendapat pengakuan.
2. Pendekatan Kriteria Fidelity
Pendekatan pengembangan kriteria fidelity menggunakan kriteria yang dikembangkan sebelum evaluator turun kelapangan untuk mengumpulkan data. Pendekatan fidelity tidak menggunakan kriteria yang bersifat umum tetapi dengan kurikulum yang dikembangkan dari kurikulum itu sendiri. Pendekatan pengembangan kriteria fidelity juga mengandung pengertian, apabila evaluator mengembangkan kriterianya berdasarkan persepsi para pengembang kurikulum.
Mengapa kriteria fidelity diperlukan?
  • Untuk mendeterminasi apakah ketidaksuksesan outcomenya merupakan refleksi dari kegagalan implementasi penggunaan model yang sudah diterapkan.
  • Untuk mengetahui seberapa besar komponen kurikulum yang telah terlaksana.
  • Untuk mendeterminasi bagaimana suatu program dijalankan dan bagaimana implementasinya.
  • Untuk menetukan perlakuan nyata yang mengantarkan pada perkembangan yang original
  • Untuk memberikan judgment apakah hasil belajar yang diperoleh peserta didik adalah hasil belajar dari kurikulum yang sedang dilaksanakan atau bukan.
  • Untuk melakukan evaluasi kurikulum yang sama tetapi dilaksanakan dalam berbagai lingkungan yang berbeda.
  • Untuk membandingkan pelaksanaan kurikulum yang sama dalam bentuk implementasi atau kegiatan di dua tempat atau lebih tempat yang berbeda.
Kelemahan dan kekuatan pendekatan fidelity adalah :
  • Kelemahan terletak pada evaluator yang tidak dapat membandingkan dua kurikulum atau lebih. Mereka hanya dapat mengevaluasi pada satu kurikulum saja, masalah akan timbul dari validitas alat tes (evaluasi) yang digunakan mungkin alat tersebut sahih untuk salah sattu kurikulum tetapi tidak untuk kurikulum yang lainnya. Keadaan ini menyebabkan hasil bandingan yang dibuat evaluator merupakan hasil semu.
  • Kekuatan terletak pada pertanyaan sampai seberapa jauh tujuan dan karakteristik utama suatu kurikulum tercapai. Kekuatan yang dimiliki pendekatan fidelity ini menyebabkan evaluasi yang menggunakan pendekatan ini disebut sebagai evaluasi instrinsik.
3. Kriteria Mutually Adaptive (menggunakan sumber gabungan)
Pendekatan mutually adaptive adalah pendekatan yang menggunakan criteria baik yang dikembangkn dari karakteristik kurikulum yang dijadikan evaluan maupun dari luar. Pendekatan ini merupakan gabungan dari pendekatan gabungan antara pre-ordinate, fidelity, dan proses. Untuk evaluasi kurikulum, kriteria gabungan itu untuk suatu dimensi kurikulum, evaluasi dengan pendekatan pengembangan kriteria gabungan menggunakan berbagai sumber kriteria untuk mengukur berbagai dimensi kurikulum terjadi untuk suatau sttudi evaluasi, tetapi masing – masing kriteria digunakan untuk mengukur dimensi kurikulum yang berbeda. Berdasarkan pendekatan ini, maka Berman dan McLaughlin (1976 : 350) menyebutkan bahwa keberhasilan dari suatu implementasi kurilulum diukur menurut kondisi – kondisi berikut ini:
  • Keberhasilan yang dihayati mereka yang terlibat dalam pengembangan kurikulum (perceived success)
  • Perubahan perilaku baik dalam jenis maupun dalam dalam besarnya yang terjadi pada para guru dan pelaksana administratif sebagaimana dinyatakan oleh para pengembang kurikulum.
  • Fidelity implementasi yang menyatakan seberapa jauh kurikulum sebagai rencana telah dilaksanakan dalam benttuk kurikulum sebagai kegiatan.
Sedangkan menurut Leinhardt (1977 : 227), karakteristik kurikulum adalah :
  • Menyediakan lingkungan yang adaptif bagi kebutuhan pendidikan siswa
  • Kurikulum tersebut diorganisasikan dan dikemukakan sedemikian rupa untuk mengajarkan dan memperkuat (reinforcement) keterampilah dasar kognitif
  • Siswa melakukan kontrol dan pengaturan sendiri untuk apa yang dipelajarinya asalkan masih dalam konteks kurikulum.
Ketiga karakteristik kurikulum ini, melahirkan enam dimensi utama masalah dalam kurikulum yaitu : suasana belajar dikelas, pembagian waktu, prosedur pemberian tugas dalam matematika, monitoring kemajuan siswa, pemberian kesempatan bagi siswa untuk mengatur diri sendiri, dan kehadiran siswa.
Enam criteria umum yang diggunakan dalam mengidentifikasi kurikulum menurut Levin (1986) adalah : efisiensi, relevansi, validitas, kemungkinan perubahan (modifiability), dan kegunaan (usability).
Adapun keuntungan dan kerugian dari pendekatan gabungan ini adalah :
Keuntungan :
  • Evaluator diberikan kesempatan untuk menggunakan berbagai kesempatan untuk mendapatkan sumber – sumber kriteria. Dengan adanya kemungkinan ini, evaluator mendapatkan gambaran yang lebih lengkap tentang evaluan sehingga pertimbangan yang diberikannya terhadap kurikulum menjadi lebih baik.
  • Kurikulum yang dipelajari betul – betul mendapatkan penghargaan yang tidak hanya berdasarkan pada apa yang dimilikinya tetapi juga mempunyai arti tentang apa yang dimilikinya tersebut terhadap sesuatu diluar dirinya sendiri.
  • Evaluator dituntut memiliki pengetahuan yang luas mengenai berbagai kriteria yang ada serta teori yang menjadi dasar kiteria tersebut.
Kekurangan : belum adanya rumus mengenai keluasan pengetahuan yang harus dimiliki oleh seorang evaluator.
Syarat – syarat yang perlu diperhatikan dalam membandingkan dua buah kurikulum atau lebih dalam pendekatan gabungan ini adalah :
  • Kriteria yang digunakan untuk perbandingan bersifat umum.
  • Kriteria yang bersifat umunm tersebut haruslah diberlakukan sedemikian rupa sehingga informasi yang ada tidak dipakai untuk memberikan pertimbangan mengenai nilai masing – masing kurikulum.
  • Kriteria umum itu baru memperoleh makna yang sebaik – baiknya apabila diperhitungkan dengan fakta mengenai keadaan masing – masing kurikulum, baik persamaan maupun perbedaan.
4. Kriteria dari Lapangan (Proses)
Pendekatan proses bertumbuh dan berkembang menjadi suatu pendekatan penting dalam evaluasi kurikulum dan merupakan suatu konsekuensi dari pandangan baru terhadap evaluasi evaluasi dan penggunaan metode yang dikembangkan dari naturalistic inquiry, atau kualitatif dari pandangan aliran filsafat fenomenologi.
Karakteristik pendekatan proses adalah :
  • Kriteria yang digunakan untuk tidak dikembangkan sebelum evaluator berada dilapangan tetapi dikembangkan selam evaluator berada dilapangan.
  • Berhubungan erat dengan kenyataan yang ada dilapangan
  • Kurikulum yang ada dipelajari dan dijadikan kerangka berpikir kasar ketika evaluator akan mengunjungi lapangannya.
  • Evaluator sangat perduli terhadap dengan masalah yang dihadapi oleh para pelaksana kurikulum dilapangan.
  • Pada waktu mengembangkan criteria evaluator secara langsung harus berhubungan dengan masalah – masalah lapangan yang dihadapi oleh para pelaksana kurikulum.
  • Model pendekatan proses berhubungan erat dengan pemakaian/aplikasi pendekatan kualitatif.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar